Ketika Udang Harus Kehilangan Mata Demi Telur: Realitas Ablasi

    Growth • 5 min read • 22 Desember 2025

    Ketika Udang Harus Kehilangan Mata Demi Telur: Realitas Ablasi

    Ablasi Tangkai Mata Udang: Praktik Kontroversial dan Alternatif Etis

    Bayangkan jika manusia harus kehilangan matanya demi bisa lebih gampang punya anak. Kedengarannya seperti cerita fiksi ilmiah yang mengerikan, bukan? Tapi sayangnya, ini adalah realitas nyata yang dialami jutaan udang setiap harinya melalui sebuah teknik bernama ablasi tangkai mata atau eyestalk ablation.


    Apa Itu Ablasi dan Mengapa Dilakukan?

    Ablasi adalah metode yang telah dipraktikkan secara rutin di hampir setiap fasilitas pembenihan udang komersial di seluruh dunia sejak tahun 1970-an. Prosedur ini melibatkan pemotongan, pembakaran, atau pengikatan salah satu atau kedua tangkai mata udang betina untuk merangsang produksi telur yang lebih cepat dan lebih banyak. Alasan di balik praktik ini terletak pada sistem hormonal udang yang unik. Di dalam tangkai mata udang, terdapat organ yang disebut kompleks X-organ-sinus-gland yang menghasilkan hormon penghambat gonad atau Gonad Inhibiting Hormone (GIH). Hormon ini berfungsi mengontrol kematangan organ reproduksi dan mencegah udang bertelur terlalu cepat di alam liar. Ketika tangkai mata dipotong, produksi GIH dihentikan, sehingga hormon perangsang gonad atau Gonad Stimulating Hormone (GSH) yang diproduksi oleh organ Y dapat bekerja lebih aktif. Hasilnya? Pematangan ovarium lengkap bisa terjadi dalam waktu hanya 3 hingga 10 hari, jauh lebih cepat dibandingkan proses alami. Efektivitas teknik ini tidak bisa dipungkiri. Ablasi dapat meningkatkan total produksi telur dengan menghasilkan pemijahan yang lebih sering, meskipun tidak menghasilkan pemijahan yang lebih besar per siklus. Praktik ini menjadi terobosan besar yang memungkinkan komersialisasi budidaya udang pada tahun 1970-an dan 1980-an karena memungkinkan produksi yang dapat diandalkan.


    Metode Ablasi yang Dipraktikkan

    Ada beberapa teknik ablasi yang umum digunakan di hatchery:

    • Metode Unilateral (Pemotongan): Memotong satu tangkai mata menggunakan gunting yang dipanaskan. Ini adalah metode paling populer karena dianggap paling sederhana.
    • Metode Enukleasi: Mengiris satu mata dengan pisau, kemudian menghancurkan tangkai mata dengan ibu jari dan telunjuk. Metode ini meninggalkan kerangka eksoskeleton transparan sehingga pembekuan hemolimfa dan penutupan luka dapat terjadi lebih cepat.
    • Kauterisasi: Membakar tangkai mata dengan alat elektrokauterisasi atau kawat panas untuk menutup luka dan membentuk jaringan parut lebih cepat.
    • Ligasi: Mengikat tangkai mata dengan benang bedah atau kawat sampai mati dan terlepas dengan sendirinya.

    Dampak Buruk pada Kesejahteraan Udang

    Meskipun efektif untuk meningkatkan produksi, ablasi menimbulkan konsekuensi serius bagi kesejahteraan dan kesehatan udang. Penelitian ilmiah telah mengungkap berbagai dampak negatif dari praktik ini: Peningkatan Tingkat Kematian: Udang yang diablasi mengalami tingkat kematian hingga tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan udang normal. Dalam beberapa penelitian, tingkat kematian udang yang diablasi di fasilitas hatchery dilaporkan mencapai 50%. Stres dan Trauma Fisik: Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Applied Animal Behaviour Science menemukan bahwa udang yang mengalami ablasi menunjukkan respons stres perilaku dan fisiologis yang signifikan. Udang menunjukkan upaya untuk melarikan diri, mengibaskan ekor, dan menggosok area mata mereka sebagai tanda kesakitan. Penurunan Daya Tahan Tubuh: Ablasi menyebabkan sistem kekebalan tubuh udang melemah, membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit. Penelitian menunjukkan penurunan signifikan dalam Total Haemocyte Count (THC) dalam 6 jam pertama setelah ablasi, meskipun pemulihan parsial terjadi setelah 5 hari. Gangguan Metabolisme dan Fisiologis: Karena tangkai mata adalah sumber berbagai hormon yang diperlukan untuk molting (pergantian kulit), keseimbangan gula, dan metabolisme, ablasi mengganggu berbagai proses fisiologis dalam tubuh udang. Udang yang diablasi sering mengalami metabolisme asam lemak yang terganggu dan peningkatan permintaan energi. Penurunan Kualitas Telur dan Keturunan: Seiring waktu, kualitas telur menurun dan tingkat penetasan menjadi lebih rendah. Yang lebih mengkhawatirkan, keturunan dari induk yang diablasi lebih rentan terhadap penyakit seperti White Spot Syndrome Virus (WSSV). Kondisi Induk yang Memburuk: Induk udang yang diablasi mengalami penurunan kondisi tubuh secara keseluruhan dan siklus molting yang lebih pendek, yang menyebabkan kelelahan reproduksi.


    Pertanyaan tentang Sentiensi dan Rasa Sakit

    Perdebatan tentang ablasi semakin intensif setelah berbagai negara secara resmi mengakui udang dan krustasea lainnya sebagai makhluk sentien—yaitu makhluk yang dapat merasakan sakit, ketakutan, dan penderitaan. Inggris melalui Animal Welfare Sentience Act 2022, serta Swiss, Selandia Baru, dan Norwegia telah memberikan pengakuan dan perlindungan tertentu bagi udang. Bukti ilmiah perilaku dan neurologis yang semakin berkembang menunjukkan bahwa udang dapat merasakan rasa sakit yang nyata dan subjektif—bukan hanya respons mekanis terhadap stimulus berbahaya. Ketika luka pada udang ditutup atau diberikan obat, udang menjadi lebih tenang, menunjukkan bahwa ablasi menyebabkan rasa sakit dan tekanan.


    Alternatif yang Lebih Ramah: Masa Depan Tanpa Ablasi

    Kabar baiknya, industri aquaculture tidak lagi terpaku pada metode ablasi. Berbagai alternatif yang lebih ramah dan berkelanjutan telah dikembangkan dan mulai diterapkan di berbagai belahan dunia: Injeksi dan Manipulasi Hormon: Penggunaan hormon gonadotropin (GTH) yang dikombinasikan dengan antidopamin (AD) telah terbukti efektif dalam mempercepat pematangan gonad tanpa ablasi. Penelitian dari Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) Maros menunjukkan bahwa injeksi hormon pada induk udang windu alam tanpa ablasi dapat menghasilkan pemijahan yang berhasil. Keuntungannya, hormon memiliki waktu paruh yang pendek sehingga tidak menimbulkan efek samping jangka panjang. Peningkatan Nutrisi: Pemberian pakan berkualitas tinggi dengan kandungan protein 50% menggunakan bahan seperti tepung cumi-cumi, cacing laut, kerang, dan cacing tanah dapat meningkatkan kematangan gonad secara alami. Nutrisi yang tepat tidak hanya meningkatkan tingkat pemijahan alami tetapi juga meningkatkan kualitas telur dan keturunan. Manipulasi Lingkungan: Dengan mengoptimalkan kondisi hatchery seperti siklus cahaya, kualitas air, dan suhu, pematangan ovarium dan pemijahan alami dapat distimulasi tanpa memerlukan ablasi. Teknik ini meniru isyarat alami yang direspons udang di alam liar dan memerlukan keahlian daripada intervensi konstan. Pemuliaan Selektif: Program pemuliaan yang ditargetkan dapat meningkatkan sifat-sifat produktivitas alami dan efisiensi reproduksi dalam lingkungan captive. Dengan memperbanyak garis keturunan udang yang berkembang baik tanpa intervensi, industri dapat secara bertahap menghentikan ketergantungan pada ablasi sambil mengamankan indukan yang lebih kuat dan lebih tangguh untuk jangka panjang. Teknologi Hatchery Modern: Fasilitas hatchery modern kini dilengkapi dengan sistem pengolahan air limbah (IPAL), kontrol kualitas air yang ketat, laboratorium uji kesehatan, dan infrastruktur pendukung lainnya yang memungkinkan budidaya udang yang ramah lingkungan tanpa bergantung pada teknik ablasi.


    Perubahan Global: Industri Bergerak Menuju Penghapusan Ablasi

    Tekanan dari kelompok kesejahteraan hewan, konsumen, dan retailer besar telah mendorong perubahan signifikan dalam industri udang global. Beberapa perkembangan penting meliputi: Global Seafood Alliance (GSA): Mengumumkan bahwa semua fasilitas produksi udang bersertifikat Best Aquaculture Practices (BAP) harus menghentikan ablasi tangkai mata atau pengadaan postlarva dari hatchery yang mempraktikkan ablasi paling lambat akhir 2030. Keputusan ini didasarkan pada penelitian ekstensif dan kolaborasi dengan mitra akademis, NGO, dan industri untuk mengidentifikasi metode alternatif yang layak secara komersial. Retailer Besar di Inggris: Beberapa retailer besar seperti Tesco, Co-op, Morrisons, dan Iceland telah berkomitmen untuk menghapus ablasi tangkai mata dari rantai pasokan udang mereka. Tesco, retailer terbesar di Inggris yang memasok sekitar 5 miliar udang per tahun, telah menetapkan kebijakan kesejahteraan udang yang melarang ablasi. Standar Organik dan Sertifikasi: Standar organik Uni Eropa telah melarang ablasi tangkai mata selama bertahun-tahun, dan GLOBALG.A.P. juga akan mewajibkan produksi bebas ablasi untuk postlarva mulai 2024.


    Kesimpulan: Menuju Aquaculture yang Lebih Etis

    Ablasi tangkai mata udang adalah contoh nyata bagaimana praktik yang dulunya dianggap revolusioner kini dipertanyakan dari segi etika dan keberlanjutannya. Meskipun teknik ini efektif meningkatkan produksi telur dalam jangka pendek, dampak negatifnya terhadap kesejahteraan udang, kualitas keturunan, dan keberlanjutan jangka panjang tidak bisa diabaikan lagi. Dengan kemajuan teknologi, penelitian ilmiah, dan meningkatnya kesadaran akan sentiensi hewan akuatik, industri aquaculture kini memiliki berbagai alternatif yang lebih ramah dan berkelanjutan. Transisi menuju produksi udang tanpa ablasi bukan hanya masalah kesejahteraan hewan, tetapi juga tentang menciptakan industri yang lebih sehat, lebih kuat, dan lebih bertanggung jawab untuk masa depan. Perubahan ini memerlukan kolaborasi antara peneliti, produsen, pemerintah, dan konsumen. Namun dengan komitmen yang tepat dan dukungan infrastruktur yang memadai, masa depan di mana udang tidak lagi harus kehilangan mata mereka demi reproduksi bukan lagi sekadar impian—tetapi sebuah tujuan yang realistis dan dapat dicapai.

    #AblationFree #Shrimp #AnimalWelfare #SustainableAquaculture


    Artikel terkait