Uji Bolitas dan PCR: Standar Kualitas Benur Udang

    Quality Control • 5 min read • 29 Oktober 2025

    Uji Bolitas dan PCR: Standar Kualitas Benur Udang

    Uji Bolitas dan PCR: Standar Kualitas Benur Udang

    Salah satu tahap krusial sebelum menebar benur udang ke tambak adalah memastikan kondisinya benar-benar sehat. Benur yang tampak baik secara fisik belum tentu bebas dari masalah internal atau infeksi tersembunyi. Karena itu, hatchery maupun petambak biasanya menggunakan dua metode pemeriksaan: uji bolitas dan PCR (Polymerase Chain Reaction). Keduanya memberikan gambaran menyeluruh mengenai kondisi fisiologis dan potensi penyakit pada benur.


    Apa Itu Bolitas dan Mengapa Perlu Dicek?

    Bolitas adalah kondisi abnormal pada hepatopankreas benur (organ pencernaan utama), ditandai dengan adanya gumpalan kecil berbentuk bulat. Gumpalan ini terbentuk akibat akumulasi sel epitel yang terlepas dari jaringan. Kenapa ini penting? Karena munculnya bolitas sering menjadi indikasi awal adanya masalah metabolisme atau stres pada benur. Jika dibiarkan, hal ini dapat memengaruhi pencernaan, daya tahan tubuh, dan nafsu makan, yang pada akhirnya menurunkan tingkat kelangsungan hidup. Gejala umum yang sering diamati pada benur dengan bolitas adalah:

    • Aktivitas berenang yang melemah
    • Nafsu makan berkurang
    • Kerentanan lebih tinggi terhadap penyakit

    Jenis Uji Bolitas

    Secara umum, terdapat dua jenis pemeriksaan bolitas yang dilakukan di hatchery: BHP (Bolitas Hepatopankreas): fokus pada organ hepatopankreas, yaitu pusat pencernaan dan metabolisme. BGI (Bolitas Gastrointestinal): memeriksa bagian saluran usus. Standar ideal benur sehat biasanya adalah 0% bolitas, karena organ pencernaan harus berfungsi optimal. Bila hasil pemeriksaan menunjukkan persentase bolitas tinggi (misalnya lebih dari 50%), benur tersebut sebaiknya tidak digunakan untuk penebaran karena berisiko gagal tumbuh.


    PCR: Deteksi Patogen Lebih Dalam

    Jika uji bolitas menilai kondisi fisik organ, PCR (Polymerase Chain Reaction) bekerja di tingkat molekuler. Dengan metode ini, materi genetik dari patogen dapat diperbanyak dan dideteksi, bahkan pada jumlah yang sangat kecil. Teknologi qPCR (quantitative PCR) kini banyak digunakan di hatchery modern karena mampu mendeteksi keberadaan patogen sebelum benur menunjukkan gejala klinis. Beberapa patogen yang umum diuji antara lain:

    • Bakteri Vibrio sp.
    • Bakteri mirip ricketsia (RLB)
    • Virus atau mikroorganisme lain yang berpotensi menginfeksi benur Pemeriksaan PCR tetap direkomendasikan meskipun benur sudah memiliki sertifikat SPF (Specific Pathogen Free) atau SPR (Specific Pathogen Resistant). Hal ini untuk memastikan tidak ada kontaminasi silang yang mungkin terjadi selama proses pemeliharaan di hatchery.

    Keunggulan PCR Dibanding Uji Fisik Saja

    Lebih presisi: PCR mampu mengidentifikasi keberadaan patogen secara spesifik, bukan hanya gejala umum. Deteksi dini: Patogen bisa terdeteksi bahkan sebelum benur tampak sakit. Data kuantitatif: Dengan qPCR, hasil bisa menunjukkan seberapa banyak kontaminasi yang ada, bukan hanya "positif" atau "negatif". Dengan keunggulan ini, petambak bisa membuat keputusan lebih cepat dan akurat untuk mencegah kerugian lebih besar.


    Kombinasi Keduanya untuk Hasil Maksimal

    Uji bolitas dan PCR bukan metode yang saling menggantikan, melainkan saling melengkapi. Bolitas memberikan gambaran visual mengenai kondisi organ pencernaan benur. PCR memastikan benur bebas dari patogen berbahaya yang mungkin tidak terlihat dari luar. Dengan menggabungkan keduanya, petambak bisa memilih benur yang tidak hanya terlihat sehat, tetapi juga benar-benar siap tumbuh optimal di tambak dengan risiko penyakit yang lebih rendah.


    Kesimpulan

    Memastikan benur berkualitas adalah investasi awal yang menentukan keberhasilan budidaya. Uji bolitas membantu menilai kesehatan organ pencernaan, sementara PCR memberikan kepastian bahwa benur bebas dari patogen berbahaya. Keduanya bersama-sama memberikan data yang dapat diandalkan untuk mengurangi risiko, meningkatkan survival rate, dan menunjang produktivitas tambak. Dengan langkah seleksi yang tepat sejak awal, petambak bisa memulai budidaya dengan lebih percaya diri dan berpeluang besar mencapai hasil panen yang optimal.

    #QualityControl #BolitasTest #PCR #BenurSehat


    Artikel terkait